Wiji Thukul ( Dok, Natanael Lobato)
|
Salam Juang. Meninggal atau Hidup, yang jelas semangat
perjuangan yang ia bawakan dulu akan tetap abadi di hati para kerabat, rekan
seperjuangannya dan masyarakat timor leste yang menggandrungi keadilan untuk
semua
Wiji Thukul dianggap ikut berjasa dalam membantu
perjuangan rakyat Timor Leste untuk merdeka.
Wiji Thukul merupakan salah satu warga Indonesia
dan salah satu aktivis yang saat itu ikut memperjuangkan nasib rakyat Timor
Leste untuk merdeka.
Fitri Nganti Wani, putri
Wiji Thukul yang menerima penghargaan, perjuangan sang ayah memberi inspirasi
bagi perjuangan kemerdekaan Timor Leste. Cirilo, yang menjadi salah satu
pemberi penghargaan di sela "Konferensi Internasional Kedaulatan Laut
Timor Leste Adalah Hak yang Tak Terbantahkan" pada 16 Maret 2016 di Ibu
Kota Dili, mengatakan penghargaan kepada Wiji Thukul dan teman-teman dari
Partai Rakyat Demokratik (PRD) diberikan karena mereka mendukung kemerdekaan
Timor Leste. “Sebagai sesama aktivis di masa Orde Baru, kawan-kawan PRD,
termasuk Thukul, sering melindungi teman-teman pro-kemerdekaan Timor Leste,
yang saat itu masih kuliah di Jawa
Wiji Thukul, yang bernama asli Widji Widodo (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Agustus 1963 – meninggal di tempat dan waktu yang tidak diketahui, hilang sejak diduga diculik, 27 Juli 1998 pada umur 34 tahun) adalah sastrawan dan aktivis hak asasi manusia berkebangsaan Indonesia. Tukul merupakan salah satu tokoh yang ikut melawan penindasan rezim Orde Baru. Sejak 1998 sampai sekarang dia tidak diketahui rimbanya, dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer
Wiji Thukul, yang bernama asli Widji Widodo (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Agustus 1963 – meninggal di tempat dan waktu yang tidak diketahui, hilang sejak diduga diculik, 27 Juli 1998 pada umur 34 tahun) adalah sastrawan dan aktivis hak asasi manusia berkebangsaan Indonesia. Tukul merupakan salah satu tokoh yang ikut melawan penindasan rezim Orde Baru. Sejak 1998 sampai sekarang dia tidak diketahui rimbanya, dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer
Kendati hidup sulit, ia aktif menyelenggarakan
kegiatan teater dan melukis dengan anak-anak kampung Kalangan, tempat ia dan
anak istrinya tinggal. Pada 1994, terjadi aksi petani di Ngawi, Jawa Timur.
Thukul yang memimpin massa dan melakukan orasi ditangkap serta dipukuli
militer.
Pada 1992 ia ikut demonstrasi memprotes pencemaran
lingkungan oleh pabrik tekstil PT Sariwarna Asli Solo.
Tahun-tahun berikutnya Thukul aktif di Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (Jakker)
Tahun 1995 mengalami cedera mata kanan karena dibenturkan pada mobil oleh aparat sewaktu ikut dalam aksi protes karyawan PT Sritex.
Tahun-tahun berikutnya Thukul aktif di Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (Jakker)
Tahun 1995 mengalami cedera mata kanan karena dibenturkan pada mobil oleh aparat sewaktu ikut dalam aksi protes karyawan PT Sritex.
Peristiwa 27 Juli 1998 menghilangkan jejaknya hingga saat ini. Ia salah seorang dari belasan aktivis yang hilang.
April 2000, istri Thukul, Sipon melaporkan suaminya yang hilang ke Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).
Forum Sastra Surakarta (FSS) yang dimotori penyair Sosiawan Leak dan Wowok Hesti Prabowo mengadakan sebuah forum solidaritas atas hilangnya Thukul berjudul "Thukul, Pulanglah" yang diadakan di Surabaya, Mojokerto, Solo, Semarang, Yogyakarta, dan Jakarta.
Kerusuhan pada Mei 1998 telah menyeret beberapa
nama aktivis kedalam daftar pencarian aparat Kopassus Mawar.[2]. Diantara para
aktivis itu adalah aktivis dari Partai Rakyat Demokratik, Partai Demokrasi
Indonesia, Partai Persatuan Pembangunan, JAKKER, pengusaha, mahasiswa, dan
pelajar yang mengilang terhitung sejak bulan April hingga Mei 1998. Semenjak
bulan Juli 1996, Thukul sudah berpindah-pindah keluar masuk daerah dari kota
satu ke kota yang lain untuk bersembunyi dari kejaran aparat.[2]. Dalam
pelariannya itu Thukul tetap menulis puisi-puisi pro-demokrasi yang salah satu
di antaranya berjudul Para Jendral Marah-Marah.[2]. Pada tahun 2000, Sipon
melaporkan hilangnya Thukul pada KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban
Tindak Kekerasan), namun Thukul belum ditemukan hingga kini.
Setelah Peristiwa 27 Juli 1996 hingga 1998,
sejumlah aktivis ditangkap, diculik dan hilang, termasuk Thukul. Sejumlah orang
masih melihatnya di Jakarta pada April 1998. Thukul masuk daftar orang hilang
sejak tahun 2000.
Ada tiga sajak Thukul yang populer dan menjadi
sajak wajib dalam aksi-aksi massa, yaitu Peringatan, Sajak Suara, dan Bunga dan
Tembok (ketiganya ada dalam antologi "Mencari Tanah Lapang" yang
diterbitkan oleh Manus Amici, Belanda, pada 1994. Tapi, sesungguhnya antologi
tersebut diterbitkan oleh kerjasama KITLV dan penerbit Hasta Mitra, Jakarta.
Nama penerbit fiktif Manus Amici digunakan untuk menghindar dari pelarangan
pemerintah Orde Baru.
Dua kumpulan puisinya : Puisi Pelo dan Darman dan
lain-lain
Puisi: Bunga dan Tembok
Puisi: Peringatan
Puisi: Kesaksian
Puisi: Bunga dan Tembok
Puisi: Peringatan
Puisi: Kesaksian
RIP Kawan
Penulis Natanael Lobato Atas nama rakyat Timor Leste
Penulis Natanael Lobato Atas nama rakyat Timor Leste
0 Komentar untuk "IN MEMORIAM WIJI THUKUL 1963 DAN TIMOR LESTE"