Sidang Pertama Dewan New Gunea Raad (Doc.Ibor John Julius Boekorsjom)
|
Salam Juang. Pasific to London And Stay at UN (Ada Apa Orang-Orang Papua Kumpul Di PBB)
Inikah Nubuat I.S.Kijne Dalam Buku Kemana Nieuw
Guinea Yang Tergenapi ??
Kaum Nieuw Guinea sendiri dapat mengutjapkan
kehendaknja tentang keadaan tanahnja di-tengah-tengah negara-negara lain, dan
dapat beroleh djaminan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Tulis I.S.Kijne pada
halaman terakhir dalam bukunya Kemana Nieuw Guinea ?
Izak Samuel Kijne dan Karya-Karyanya
Datang kemudian setelah era Ottow dan Geisler serta
Van Hasselt namun Isack Samuel Kijne memiliki peran yang sangat besar dalam
membangun peradaban Papua.
Mulai dari pendidrian sekolah khusus Papua di Miei 1925, Sekolah Guru Jemaat di Serui dan cikal bakal STT dan Pamong Praja di Joka 1950-1956 hingga Sekolah Thelogia yang sekarang dikenal dengan STT.I.S.Kijne di Abepura pada tahun 1959.
Mulai dari pendidrian sekolah khusus Papua di Miei 1925, Sekolah Guru Jemaat di Serui dan cikal bakal STT dan Pamong Praja di Joka 1950-1956 hingga Sekolah Thelogia yang sekarang dikenal dengan STT.I.S.Kijne di Abepura pada tahun 1959.
Karya terbesar I.S.Kijne adalah nyanyian rohani
untuk GKI Di Tanah Papua namun dipergunakan oleh seluruh gereja di Indonesia
pada masa lampau. Kurikulum Itu Dia, Angka Berbaris, Kota Emas, Alasan Jang
Hidoep, nyanyian Sekolah Minggu Seruling Emas dan Suara Gembira serta banyak
karya lain.
Karya-karya Kijne sangat spektakuler sehingga Ratu
Belanda Yuliana memberikan penghargaan Orde Van Oranje Nassauw. Karya Dominee
Kijne untuk kerajaan Belanda, sangat banyak, saya tidak bisa sebutkan satu
persatu, kata Ratu Juliana seperti ditulis Pdt.Karl Phil Erari pada laman
facebooknya 14 November 2015.
Kijne dijuluki bapak Zendeling, pendidik peradaban
Papua, guru pamong praja, guru music,budawayan, filsuf , penulis dan masih
banyak lagi julukan lainnya. Singkatnya Kijne telah meletakkan suatu sistim
tata Negara Papua sehingga dia disebut Bapa Bangsa Papua. Julius Omkarsba salah
satu murid terakhir Kijne di RAZ Serui bahkan memberi julukan “ Kijne mungkin
seorang Nabi Papua “.
Karya monumental Kijne adalah lagu Hai Tanah Ku
Papua, Dari Ombak Besar serta bendera Bintang Fajar yang dipersiapkan untuk
menjadi bendera serta lagu kebangsaan Papua dalam rangka mempersiapkan Negara
Republik Federasi Papua Barat pada 1 July 1961.
Situasi politik yang berubah karena perang dingin
dan intervensi Amerika Serikat yang mendesak Belanda untuk menyerahkan Papua ke
Indonesia telah memupus habis harapan seorang Isack Kijne karena dia juga harus
meninggalkan Papua kembali ke negaranya. Dia tidak bisa menyaksikan Papua
Merdeka pada tahun 1961.
Padahal, seluruh persyaratan sebuah negara telah
terpenuhi, dimotori oleh Komite Nasional yang kemudian membentuk Nieuw Guinea
Raad untuk mengesahkan Undang-Undang, symbol dan lambang negara dan melantik
Presiden Papua Barat..semuanya tertunda !!!
Kijne dan Buku Kemana Nieuw Guinea ?
Sebelum kepergiannya ke Belanda inilah, Kijne
merangkum semua tulisan-tulisannya yang sering dimuat dalam bulanan “ Triton “
pada tahun 1957 dengan judul Pengharapan. Namun kemudian dicetak kembali dengan
Judul “ Kemana Nieuw Guinea “ Masyarakat Lama dan Masyarakat Baru.
Judul pengharapan dapat dikaitkan dengan situasi
tahun 1961 bahwa adanya suatu harapan tentang masa depan Papua. Namun melihat
situasi politik yang berkembang dengan tidak pasti, munculah sebuah pertanyaan
lain, masyarkat Papua ini mau dibawa kemana ?
Dalam buku setebal 94 halaman ini, Kijne
menggambarkan sebuah masa transisi masyarakat Papua dari masyarakat lama,
masyarakat adat, masyarakat budaya, kehadiran gereja serta pendidikan yang
telah merubah masyarakat Papua itu sendiri.
Hampir seluruh aspek kehidupan dibahas dalam buku
ini, landasan filosofis masyarakat lama, landasan filosofis masyarakat baru,
bagaimana berorganisasi dalam segala tingkatan, kemajuan demokrasi, finansial,
kesehatan, perkembangan masyarakat modern, pembangunan dan penataan kampung,
kemandirian dalam bidang ekonomi, kerja sama kelompok dan perorangan, hingga
keluarga dan perkawinan yang menjadi fondasi dasar kehidupan.
Menutup bukunya ini, Kijne mengingatkan orang Papua
akan sebuah ancaman dan adanya sebuah harapan besar. Di zaman baru akan
disertai bahaya besar, terjadi kekacauan di beberapa bagian bumi.
Perubahan-perubahan berlangsung dengan cepat dan sangat mempengaruhi kehidupan
( globalisasi dan dampaknya ) namun Kijne berpesan untuk tidak berubah dan
harus hidup dalam kebenaran, jangan melihat sesuatu yang baru menjadi hal yang
harus diikuti.
Walaupun banyak ancaman dengan menyebutnya Bahaya,
namun dia memberikan sebuah Harapan Besar “ Apakah pengaharapan kita ? Saja
mengaku, bahwa saja pertjaja akan dasar sungguh dari demokrasi . Kalau saja
pertjaja itu, saja pertjaja djuga bahwa roh benar akan menang. Tulis Kijne.
Kijne mengajak orang Papua untuk bersyukur karena
orang-orang Papua dapat bekerja sama dan itulah kekuatan sesungguhnya karena
orang Papua mau merdeka dan tidak diatur oleh hukum yang lain agar masyarakat
baru yang dibangun melalui kerja keras dengan hati gembira dan belajar terus
menerus dan jangan sekali-kali api kudus mati di dalam hati kita.
Untuk itu, Kijne menekankan betapa pentingnya
kepercayaan baik di dalam dan luar negeri. Agar kepercayaan didalam negeri
tumbuh dan menjadi nyata, harus dibangun dewan-dewan perwakilan dari tingkat
kampung hingga pusat di seluruh negeri agar ada musyawarah mengambil keputusan
yang dapat dipercaya dalam negeri maupun dalam pergaulan dengan Negara-negara
lain, terutama dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Menutup bukunya Kijne menulis, pada zaman ini,
Perserikatan Bangsa-Bangsa amat sangat meminta supaja tiap-tiap bangsa
mengutjapkan kehendaknja sendiri dengan njata dan dengan suara jang dapat
dipertjajai.
“Suara Nieuw Guinea hanja akan dipertjajai dan
diterima baik oleh bangsa-bangsa lain kalau suara itu terbit dari perwakilan
kaum jang sungguh mewakili bangsa Nieuw Guinea. Dalam hal itu, kaum Nieuw
Guinea sendiri dapat mengutjapkan kehendaknja tentang keadaan tanahnja
di-tengah-tengah negar-negara lain, dan dapat beroleh djaminan dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Hasil Act Of Free Choice Yang Merengut Nyawa Kijne
Menutup buku Kemana Nieuw Guinea dengan
mengingatkan masyarakat Papua akan pentingnya membangunan kepercayaan dalam
pergaulan international dan perserikatan bangsa-bangsa, mengindikasikan bahwa
Kijne tahu bahwa akan ada Act of Free Choice atau penentuan pendapat rakyat
yang melibatkan PBB.
Tahun 1961 hingga 1963, PBB ( UNTEA ) mengambil
alih pemerintahan di Papua, yang kemudian diserahkan kepada Indonesia pada
tanggal 1 Mei 1963 sebagai penguasa sementara sambil mempersiapkan pelaksanaan
Penentuan Pendapat Rakyat 1969.
Tahun 1969, Penentuan Pendapat Rakyat Dilaksanakan
namun tidak berjalan sebagaimana mestinya, banyak pemimpin Papua yang lari ke
luar negeri dan sebagian ditangkap dan ditawan di Jawa sebanyak 346, sistim
pemilihan yang menggunakan sistim One Man One Vote juga tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
Oktober 1969, ketika mendengar hasil Pepera Papua
tetap dibawah pemerintah Indonesia, Kijne kemudian jatuh sakit, karena harapan
dan doanya untuk Papua Merdeka telah sirna. Satu tahun kemudian pada tahun
1970, I.S.Kijne kembali kepada Sang Pencipta, tulis Pdt.Karl Phil Erari
berdasarkan keterangan Mama Kijne tahun 1983 di Oegstgeest bersama Drs.George
M.Satya.
Konon kabarnya, menurut penuturan murid-muridnya,
Kijne meminta jasadnya tidak dikubur tapi dikremasi agar rohnya tetap hidup
bersama debu yang bertaburan di seantero jagat raya, namun kisah ini masih
perlu dibuktikan kebenarannya.
Pasifik To London
Kijne telah pergi namun doa dan harapannya tidak
pernah sirna. Kalimat terakhir dan pesan-pesan lainnya dalam buku Kemana Nieuw
Guinea terus berlanjut. Komite Nasional yang dulu pernah ada, kini muncul
dengan nama Komite Nasional Papua Barat ( KNPB ), Nieuw Guinea Rad yang dulunya
ada kini telah hidup kembali menjadi Parlemen Nasional Papua Barat ( PNPB ).
KNPB dan PNWP telah berjuang melaksanakan misi Kijne Agar kepercayaan didalam negeri tumbuh dan menjadi nyata, harus dibangun dewan-dewan perwakilan dari tingkat kampung hingga pusat di seluruh negeri agar ada musyawarah mengambil keputusan yang dapat dipercaya dalam negeri maupun dalam pergaulan dengan Negara-negara lain, terutama dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Bersama dengan Organisasi Papua merdeka lainnya,
PNWP telah mendeklarasikan sebuah organisasi payung bernawa United Liberation
Movement for West Papua ( ULMWP ) yang bermarkas di Vanuatu tepatnya di Port
Villa dan telah menjadi observer Melanesian Spreadhead Group ( MSG ) yang
memperjuangkan kemerdekaan bagi Negara-negara rumpun Melanesia dimana Papua
Barat termasuk di dalam rumpun itu.
PNWP juga telah memberi mandat atas nama rakyat
Papua kepada Internasional Parliementer for West Papua ( IPWP ) dan
International Lawyer for West Papua ( ILWP ) di London untuk memperjuangkan
Papua Merdeka secara Politik maupun Secara hukum.
Tanggal 03 Mei 2016, IPWP mengadakan pertemuan di
London yang menghasilkan Deklarasi Westminster yang tidak mengakui hasil Pepera
dan meminta diadakan Referendum, yang diikuti oleh banyak tokoh politik dan
perwakilan Negara.
Pertemuan MSG akan berlangsung pada Juni 2016 di
Papua Nieuw Guinea dengan agenda utama ULMWP sebagai representasi Papua Barat
akan diakui sebagai anggota penuh, sebelumnya hanya berstatus observer.
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Perjuangan ULMWP di Melanesia dan Pasific mengalami
kemajuan demi kemajuan dan mendapat dukungan semakin besar bahkan sekarang
lebih meluas ke Eropa bahkan Afrika seperti Ghana dan Afrika Selatan
sebagaimana diberitakan Free West Papua Campaign sebuah media kampanye Papua
Merdeka yang dikelola di Eropa.
Semua perjuangan baik KNPB, PNPB, WPNA, WNPCL,
Republik Federal dan organisasi lain yang semuanya berada dibawah nama ULMWP
harus bermuara di PBB sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi masyarakat
dunia.
Tanggal 09-20 Mei 2016, diadakan Sidang PBB terkait
dengan isu masyarakat pribumi ( Indigenous People ) perwakilan-perwakilan Papua
Barat diundang hadir dalam forum ini. Ada Dewan Adat, Kobe Oser, Organisasi
Pribumi Papua Barat, West Papua Liberation Organisation ( WPLO ) dan ULMWP
sendiri turut hadir. Masing-masing organisasi mengikuti forum yang berbeda-beda
terkait isu yang dibahas. Ada HAM, ada pembanguna Ecosoc dan Ada politik.
John Anari dari WPLO yang kantornya bermarkas di
PBB akan menjadi panelis pada tanggal 17 pada dialog “ Conflict, Peace and
Resolution. John Anari akan mendesak PBB untuk segera mengadakan Hak Penentuan
Nasib sendiri. ULMWP sendiri sudah pasti akan melanjutkan agenda Westminster
yang menolak Pepera dan meminta Referendum.
Manase Kaisiepo dari Kobe Oser, pada diskusi
Membingkai kembali pencegahan dan investasi perdamaian telah mengemukkan
masalah Pepera yang cacat hukum dan perlunya PBB untuk melaksanakan Referendum
Ulang. Dewan Adat Papua diperkirakan akan berada pada dialog Hak Asasi Manusia.
Charles Imbir dari organisasi pribumi Papua Barat
akan lebih banyak berbicara tentang hak-hak Ecosoc masyarakat pribumi terutama
mengenai kebudayaan, hak-hak dasar ekonomi social dan kebudayaan.
Menurut Anary, pada hari senin 17 Mei 2016, aka
nada sesi kaukus pasifik dimana ketua MSG yang juga perdana menteri Solomon
Sogavare akan mendesak PBB untuk segera turun tangan atasi masalah Papua.
Dari Tanah Papua, isu Papua Merdeka dibawa ke
Pasifik, kemudian terbang ke London dan terakhir bermuara di PBB. Apakah ini
yang dimaksudkan oleh Kijne pada bagian terakhirnya sebagai nubuatnya ?
Perserikatan Bangsa-Bangsa amat sangat meminta
supaja tiap-tiap bangsa mengutjapkan kehendaknja sendiri dengan njata dan
dengan suara jang dapat dipertjajai.
“Suara Nieuw Guinea hanja akan dipertjajai dan
diterima baik oleh bangsa-bangsa lain kalau suara itu terbit dari perwakilan
kaum jang sungguh mewakili bangsa Nieuw Guinea. Dalam hal itu, kaum Nieuw
Guinea sendiri dapat mengutjapkan kehendaknja tentang keadaan tanahnja
di-tengah-tengah negar-negara lain, dan dapat beroleh djaminan dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Apakah ini juga penggenapan atas nubuat diatas
prasasti peradaban bangsa Papua di Bukit Atumeri Miei Wondama yang ditulis
I.S.Kijne ?
“Di atas batu ini, saya meletakkan peradaban orang
Papua. Sekali pun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat,
tetapi tidak dapat memimpin bangsa ini. Bangsa ini akan bangkit dan memimpin
dirinya sendiri “.
Selamat merayakan hari turunnya Roh Kudus sambil
kita senandungkan Seruling Emas Dari Ombak Besar... dari ombak besar, dari
lautan teduh..ada berbunyi... dst.
Barang siapa bekerja dengan jujur dan setia di
tanah ini, dia akan berjalan dari satu tanda heran ke tanda heran lainnya.
Penulis : Joe Stefano
Sumber :
I.S.Kijne, Kemana Nieuw Guinea ? Masyarakat Lama
dan Baru Di Nieuw Guinea, Pustaka Rakjat, Hollandia, 1961
P.J.Drooglever, Tindakan Pilihan Bebas, Orang Papua
dan Penentuan Nasib Sendiri, Kanisius Jakarta, 2010.
Pdt.Karl Phil Erari, I.S.Kijne, Catatan Pendek,
Facebook, 14 November 2015
Sumber lain dari Akun Facebook ULMWP, KNPB, PNWP,
dan wawancara bersama John Anari, Charles Imbir dan Buchtar Tabuni.
0 Komentar untuk "ADA APA ORANG-ORANG PAPUA KUMPUL DI PBB"