Oleh : Martinus Koteka Pigome
Malang-Salam Juang. Perubahan adalah
salah satu kata favorit saya akhir-akhir ini. Mengutip kata-kata dari sebuah
iklan "Perubahan itu penting". dan benar sekali hal tersebut sangat
penting. Dunia ini berubah begitu cepat sampai ada salah satu hukum yang berkata
" Teknologi akan meningkat dua kali lipat setiap 3 tahun". Banyak
bukti nyata dari hukum ini, zaman dahulu kita masih ingat bagaimana kartu pos
dan surat menjadi penghubung begitu banyak orang lalu kemudian digantikan pager
dan sekarang dengan HandPhone.
Suka atau tidak suka, benci atau tidak benci, mau atau tidak mau, dunia terus
mengalami perubahan. Kalau seseorang tidak mau berubah maka dia akan
tertinggal. Dan setiap hal di dunia ini berubah dan mungkin hanya ada satu hal
yang tidak berubah yaitu perubahan itu sendiri.
Waktu malam natal, saya berkumpul dengan teman-temanku bukan kumpul-kumpul
untuk makan-makan tetapi kami berkumpul untuk saling sharing / evaluasi apa sih
hal yang sudah kita alami , hal yang berkesan, pelajaran apa yg diterima, apa yang
sudah dicapai dalam tahun ini. Saya bersyukur telah diundang dalam pertemuan
ini karena dengan ini saya sendiri bisa menilai sejauh apa dan apa yang telah
saya capai tahun ini.
Tapi bukan hal itu yang saya bahas saat ini, tetapi ada satu hal yang menggelitik
hati dan pikiran saya. Salah satu teman saya sebut puyapode (bukan nama
sebenarnya). Dia menceritakan pengalaman yang paling berkesan pada tahun ini.
Salah satunya, dia sempat menderita penyakit dalam salah satu saluran
pencernaannya. Ketika mengalami hal itu, dia mengalami pergolakan batin yang
luar biasa, dia menceritakan hal tersebut dengan sangat detil sekali. Lalu dia
bersumpah (mungkin lebih tepat bernazar) kepada Tuhan bila penyakit ini
disembuhkan maka dia akan kembali ke Tuhan dan lebih serius lagi dalam
perjalanan rohaninya.
Doa yang berasal dari hati pastilah dijawab, dalam beberapa hari kemudian dia
sembuh. Lalu sesuai dengan janjinya dia mencoba kembali mendekat kepada sang
Pencipta. Tapi hal tersebut hanya terjadi dua hari saja. Selebihnya dia terlalu
malas untuk konsisten. Ketika dia selesai menceritakan hal ini, saya dan teman
saya mencoba untuk men encourage dan mengingatkan kembali janji pribadinya
untuk Tuhan. Cukup lama kami semua berusaha untuk memotivasinya. Tapi dia
selalu berkata "gw gk bisa" "gw orangnya keras"
"percuma u orang ngmg, gw emg orangnya kaya gini". Saya sendiri
bahkan sudah menegur sangat keras tapi dilihat dari bahasa tubuhnya hal
tersebut hanya sia-sia belaka.
Saya teringat salah satu statement yang berkata "Seseorang haruslah cukup
besar untuk mengakui kesalahan-kesalahannya, cukup cerdas untuk memetik
pelajaran darinya, dan cukup kuat untuk berubah". Ari sudah cukup besar
untuk mengakui kesalahan dia dan tidak hanya itu dia tahu apa yang salah dari
dirinya. Dua hal yang sudah sangat baik sekali tetapi sayang sekali dia tidak
cukup mau/kuat untuk berubah. Hal inilah yang membuat saya berpikir ketika
sedang berada dalam perjalan di motor sehabis pulang dari jalan-jalan.
Kenapa orang sulit sekali untuk berubah? Saya menemukan bahwa pertama, orang
terlalu takut untuk berubah dan sudah benar-benar nyaman di dalam zona nyaman
(comfort zone). Mereka takut bila berubah, maka bukan lebih baik maka hal buruk
yang terjadi. kedua, perubahan itu tidak enak dan memerlukan proses waktu yang
tidak instant !!
Apa yang harus dirubah untuk perubahan itu permanen/konsisten.?
Perubahan pikiran
Ketika di motor, saya berusaha mencari apa kata sang Pencipta tentang
perubahan tapi seingat informasi di otak saya hampir tidak pernah
menemukan kata "berubah" yang tertulis tetapi secara ajaib Roh Kudus
mengingatkan satu ayat yaitu Roma 12:2
Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi BERUBAHLAH OLEH
PEMBAHARUAN BUDIMU, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Langsung saya disadarkan, inilah kunci untuk perubahan yaitu pembaharuan budi
atau dengan kata lain pembaharuan pikiran / perubahan pikiran. Kita tidak akan
bisa berubah secara permanen bila pikiran kita belum terlebih dahulu berubah.
Motivator sekaligus pakar kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell dalam bukunya
Thinking for A Change menyatakan ada 6 langkah yang bisa mengubah hidup
manusia. Pertama, kita harus mengubah cara berpikir kita. Mengubah cara
berpikir akan mengubah keyakinan kita. Kedua, jika keyakinan kita berubah,
harapan kita akan berubah. Ketiga, jika harapan kita berubah sikap kita
berubah. Keempat, jika sikap kita berubah, perilaku kita berubah. Kelima, jika
perilaku kita berubah, kinerja kita berubah. Dan keenam, jika kinerja kita
berubah, hidup kita akan berubah.
Dari pernyataan Dr. Maxwell ini saya mencatat bahwa perubahan diri selalu
dimulai dengan perubahan pola pikir. Hal ini sangat sejalan dengan firman Tuhan
yang disampaikan oleh rasul Paulus agar sebagai pengikut Kristus kita harus
berubah oleh pembaharuan budi kita. Hanya saja, saya perlu mengingatkan sekali
lagi bahwa perubahan tidak selalu menyenangkan. Bahkan kalau suatu proses
perubahan itu terasa mulus dan sangat enak, bisa jadi itu bukan perubahan.
Perubahan selalu menuntut pengorbanan namun perubahanlah satu-satunya sarana efektif
menuju ke tahapan kehidupan yang lebih baik.
Pada ayat lainnya juga menjelaskan Juga
Amsal 4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah
terpancar kehidupan.
Dalam bahasa aslinya (ibrani), kata kehidupan mempunyai arti yaitu
"batas-batas kehidupan". Jadi hati (pikiran) kitalah yang menentukan
batas kehidupan kita !! wow kebenaran yang luar biasa sekali, dulu saya sering
mengatakan pada diri saya sendiri " saya orangnya pemalu, saya tidak mungkin
bisa berbicara di depan umum, teman saya sedikit dsb" saya sedang
membatasi kehidupan saya sendiri, saya sedang memenjarakan pikiran saya dan
saya menghalangi Tuhan untuk bekerja lewat kehidupan saya. Dan ketika cara
berpikir saya sudah berubah, saya sekarang melihat ternyata saya mampu untuk
berbicara di depan banyak orang, mampu berdampak dan menjadi berkat untuk
banyak orang.Bahkan kalau saya berkata dulu saya orang pemalu, teman-teman saya
tidak ada satupun yang percaya hal itu dan mereka sering menambahkan "Kalau
dulu pemalu, sekarang malu2in". Jika saya saja bisa, pastilah anda yang
membaca tulisan ini juga bisa
Komunitas yang membantu perubahan tersebut
Di sekolah saya ingat dalam salah satu buku pelajaran saya ,
tertulis "manusia adalah makhluk sosial yang berarti manusia tidak bisa
hidup tanpa orang lain". Suatu kebenaran yang luar biasa dan ini berlaku
dalam proses perubahan itu sendiri. Saya sering menemukan orang lain bahkan
diri saya sendiri, seringkali kita termotivasi untuk berubah tetapi ketika
dilakukan, perubahan itu hanya terjadi secara sesaat mungkin hanya 2 hari, 1
minggu atau 1 bulan saja. Dengan perkataan lain, perubahan tersebut tidak
konsisten.
Untuk perubahan tersebut menjadi konsisten, kita membutuhkan bantuan orang lain
!! Kita tidak akan bisa berubah tanpa adanya dukungan dari orang lain. Pernah
suatu saat, saya termotivasi untuk berubah dalam suatu hal tetapi tidak lama
berselang ada suatu tantangan , ada masalah yang menghadang dan saya merasa
diri saya tidak mampu untuk berubah. Pada saat seperti itulah, ada
sahabat-sahabat yang mendukung, memberi kata-kata yang membangun. Kata-kata
seperti "Ayoo kamu pasti bisa", "gw yakin u pasti bisa lewatin
hal ini". Perkataan seperti itu, seperti air segar yang menyiram pikiran
saya dan saya termotivasi kembali untuk berubah dan akhirnya saya bisa berubah
secara konsisten dalam segala hal [.]
Penulis adalah Mahasiswa Papua Kuliah di Kota Apel Malang
0 Komentar untuk "Perubahan Hidup"