"Melihat, Merasakan dan Bertindak. Sekurang-kurangnya dari itu Harus Mengerti dan Tahu Tentang Masalah Politik Serta HAM Yang Terjadi DI Tanah Papua".
Logo GempaR Papua ( Profil Fb) |
Jayapura-GempaR Media - Ketika ada pandangan dari beberapa hamba-hamba Tuhan (pendeta-pendeta) yang menyatakan bahwa gereja di Papua tidak diperbolehkan dan dilarang untuk berpolitik. Hal ini membuat pemuda/I Kristen diam membisu dalam melihat, bersuara, serta bertindak menyikapi masalah-masalah kekerasan di tanah Papua yang diakibatkan karena masalah politik.
Pandangan tersebut juga membuat mereka (pemuda/I Kristen di Papua) tidak tahu sama sekali tentang situasi politik yang sekarang ini sedang terjadi antara Pemerinta Indonesia dan rakyat Papua di tanah Papua. padahal mereka ada ditengah-tengah rakyat Papua dan juga adalah masyarakat Papua itu sendiri. serta mereka tidak tahu tentang masalah-masalah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negera Indonesia kepada rakyat Papua yang mana mengakibatkan hilangnya nyawa manusia Papua yang tidak bersalah serta kehilangan harta benda yang tidak sedikit. sungguh amat di sayangkan.
Hal tersebut menurut Pilipus Robaha aktivsi GempaR, yang juga adalah ketua dewan majelis dalam Gerakan Mahasiswa Pemuda dan Rakyat Papua (GempaR Papua), pada saat mensosialisasikan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) atau Pergerakan Nasional untuk Papua Barat. Disela-sela ibadah gabungan Pemuda jemaat GKI Betani Dok IX kali (sabtu/13/06/2015) lewat 2 tulisannya yang berjudul “Realita dan Corong Aspirasi, dan ULMWP.” ULMWP di buat dalam bentuk cerita pendek (cerpen).
“Saya sebagai pemuda yang lahir dan dibesarkan ditengah-tengah Gereja Kristen dan juga penganut tulen agama Kristen Protestan yang mengakui Yesus Kristus orang nazaret sebagai Tuhan dan juru selamat. Saya sangat tidak sepakat dengan pernyataan yang melarang Gereja untuk tidak berpolitik. Pernyataan itu menurut saya adalah pernyataan sempit yang menyesatkan pemuda/I Kristen agar tidak tahu dan apatis terhadap masalah politik dan HAM yang terjadi di tanah Papua, serta menjadi pengikut Yesus Kristus yang gagal karena penakut.” Protes Pilipus yang juga adalah Kordinator Pemuda Jemaat GKI Betania dengan tegas. (Klik Lihat juga foto-foto saat ibadah)
“Ketidak tahuan mereka terlihat jelas, ketika saya bertanya apa itu ULMWP tidak ada yang menjawab. Itu bukti kalau kita pemdua kristen telah dibentuk menjadi pemuda yang tidak tahu apa-apa soal masalah politik dan penakut untuk bersuara mebelah kebenaran yang diperkosa oleh penguasa. Respon teman-teman muda-mudi tadi ketika saya tanya tentang ULMWP membuat saya sangat sedih dan prihatin, atas pandangan mereka terkait masalah politik dan pelanggaran HAM yang terjadi di tanah Papua. kita ini dibuat apatis, pesimis, egois dan juga penakut oleh pandangan yang menyatakan gereja tidak boleh berpolitik. Dan pandangan tersebut sebenarnya membuat kita orang-orang Kristen dalam sikap tindakan nyata kita terkait kebenaran yang diperkosa oleh penguasa tidak mencerminkan tindakan kerja Tuhan Yesus waktu berevolusi di dunia. Dan itu semua akibat dari pandangan sempit yang juga sasat yang menyatakan gereja tidak bole berpolitik.” Ujarnya pilipus menegaskan protesnya ketika ditanya. Apakah larangan Gereja untuk tidak mendidik jemaatnya untuk berpolitik berpengaruh terhadap sikap ketidak tahuan pemuda Kristen terkait Politik dan HAM[.]
Penulis : Arnaldo Guntur Fonataba (Aktivis GempaR Papua)
0 Komentar untuk "GempaR Papua : Gereja Harus Mendidik Jemaatnya"