Syair-ku Tuk Sang Revolusioner (Marten Goo) |
Oleh Marten Goo
Syair-ku Tuk Sang Revolusioner:
“…KAU TOKOH REVOLUSIONER SEJATI KAMI…”
Di Ufuk Timur Negeri tanpa senja, keanggunan eloknya alam terpampang rapih bagai sorga di dunia kayangan…
Tetesan air menetes lembut di dedaunan tanpa henti, memberikan kelegahan bagi mereka yang hidup tanpa mengenal senja…
Papua…, Papua…, itulah Negeri-ku, Negeri-mu dan Negeri Generasi Bangsa Kami…
Negeri yang hanya mengalirkan emas dan madu tuk senyum dan tawa Bangsa kami…
Itulah Sorga kami, Sorga tanpa jajahan dan perampokan serta kemunafikan…
Gemuruh ombak di bibir pantai yang elok, hanya turut memerdukan tiap
alunan syair syukur atas kemurahan ILAHI yang kami kenal sebagai Sang
KHALIK, Leluhur tanpa pusara…
Saat dunia harus berlalu, tetesan darah mengalir di Negeri kami yang sebelumnya indah dan elok…
Jeritan tangisan darah mengalir makin kencang dan deras, membuat
kepanikan dan kegementaran, mengguncang jiwa tiap insan Bangsa kami…
Jutaan orang dan Negara merebut dan membelenggu hak Bangsa kami dengan nafsu dan bejat duniawi…
Rentetan tembakan menembusi tiap dedaunan, sampai menembus jantung manusia tak berdosa…
Gugur…, gugur…, gugur satu demi satu tanpa sebab, tanpa dosa…
Sehelai demi helai punah, sampai nyawa pun, seakan seharga helai rupiah dan harus lenyap dari warisan moyang ku dan moyang mu.
Inikah penjajah, yang seenaknya datang tanpa diundang untuk merompok warisan kami…?
Inikah perompok, yang seenaknya memenjarah dan membunuh kebangsaan kami, hanya tuk memenjarah warisan tanah moyang kami…?
Saat harus ditengok, Mahluk lain dengan wajah dan fisik beda, dengan
aromah nafsu duniawi, datang dengan senjata dan kekuatan penuh tuk
merampas kebebasan dan tanah warisan kami…
Parasnya dibuat elok
seakan malaikat, namun hatinya lebih tajam dari duri, saat menembus luka
yang deritanya sepanjang abad, musang berbulu domba…
Sorga ku dan surga mu dibuat Neraka tanpa udara…
Alam dihancurkan, hutan dibabat, burung-burung harus panik tuk menuju kepunahan…
Cenderawasih harus senyap, tanpa mengeluarkan ekspresi tarian dan siulan kemerdekan…
Saat ratusan ribu rakyat tak berdosa harus lenyap di ujung moncong
senjata penjajah, Kau dengan gagah berani mengatakan, “Lawan Penjajah…!”
Puluhan tahun di hutan, walau nyamuk, hujan dan badai menghampiri mu…
Semuanya menjadi sahabat sejati mu, karena semangat dan patriotisme mu tanpa batas tuk Pembebasan Bangsa kami…
Hari ini, di saat syair ini harus ku bingkai, jejarian ku tak berdaya tuk menulis kata demi kata…
Genangan air mata, hanya menemani ku, membuat kekakuan untuk harus bersyair, walau lelah rasa hati ini…
Kau begitu cepat pergi ke rumah ILAHI, tanpa pamit pada ku dan generasi Bangsa kami…
Kau begitu cepat pergi tanpa pamit pada alam dan dedaunan serta
burung-burung yang slalu menemani mu dalam perjanalan hidup mu, dan
masih menunggu bayang mu sata terlintas…
Kau mengajarkan banyak
hal, dan komitmen mu tuk berjuang demi Bangsa yang membutuhkan
pembebasan dan secercah harapan, dari initimidasi dan jajahan yang
panjang…
Hati ini tak mampu tuk merangkul kesakitan, gelisa dan tangis…
Hati ini ingin meneriakan kepedihan atas kepergian mu, wahai pahlawan Revolusioner kami…
Kau Tokoh Bangsa Kami, Tuan, Bapak, Orang Tua, Pak R. Uria J, kini kau
pergi selamanya ke rumah TUHAN kami, TUHAN yang sudah mengijinkan mu tuk
hidup di dunia ini, TUHAN yang sudah mengijinkan ku tuk harus hidup,
TUHAN yang mengijinkan Generasi mu tuk harus melanjutkan hidup, TUHAN
yang juga sudah menciptakan indahnya Negeri ku dan Negeri mu, tuk
kemurahan-NYA, walau sedang dihancurkan oleh Penjajah…
Biarlah alunan syairku dan syair generasi-mu menemani kepergian mu menuju rumah TUHAN kami…
Segala masmur anak Negeri menemani perjalanan mu menuju dunia masa
depan Bangsa Papua dan masa depan orang beriman, di kerajaan ILAHI kami…
Selamat jalan Tokoh Revolusioner Sejati kami.
________
Penyair: anak-Mu, Marthen Goo (PIN: 5A72EFEE)
_____Di bawah Kolong Langit tanpa mentari
0 Komentar untuk "Syair-ku Tuk Sang Revolusioner"