SALAM JUANG

Bersuara Tanpa Batas

Musa Mako Tabuni Sang Pahlawan Papua Merdeka

Musa Mako Tabuni (Ist)
Salam Juang-Numbay. Musa Mako Tabuni lahir di Kampung Pyramid, Jayawijaya, Papua pada 24 April 1976. Tempat kelahiran Mako merupakan salah satu kampung  yang menjadi basis perlawanan rakyat Papua terhadap operasi dan pendudukan militer yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada tahun 1977. Mako menghabiskan masa kecilnya dengan cerita-cerita derita konflik keluarga Papua.
Semasa Sekolah Dasar (SD), Mako sering mendengarkan cerita dari para orang tua, termasuk orang tuanya sendiri, tentang perlawanan orang-orang Papua terhadap kekuatan militer Indonesia. Mako kecil, tumbuh sebagai anak-anak yang hidup di daerah konflik. Ia secara langsung merasakan derita sebagai anak-anak Papua.
Ia mendapatkan cap dan stigma sebagai anak pemberontak. Setiap tanggal 12 atau 13 Agustus sampai 18 Agustus, ia menyaksikan bapaknya digiring dan ditahan di Polres Distrik Asologaima, Jaya Wijaya, Papua.

Sejak Orde Baru, negara melalui militer memberlakukan hukuman itu bagi mereka yang ikut atau orang tuanya tersangkut dalam makar atau merongrong kekuasaan negara, seperti cap komunis di Jawa.

Karena masih kecil, Mako tak mengerti mengapa ayahnya mesti ditahan setiap menjelang tanggal 17 Agustus, hari kemerdekaan Republik Indonesia. Ia juga tidak mendapatkan jawaban tiap kali ia bertanya.

Hingga di suatu saat, di bulan Agustus, dimana Mako sudah duduk di kelas 5 SD, Mako pergi ke dalam sel penjara di Koramil Distrik Asologaima, kabupaten Jayawijaya, untuk bertemu dan mengantar makanan buat bapaknya. Dan disitulah Bapaknya menjelaskan mengapa dia ditahan dan rakyat Papua melawan.
Saat Mako berusia empat tahun, ibunya meninggal. Sejak itu, Mako dibesarkan oleh ayah dan dua ibu tirinya hingga masuk Sekolah Dasar pada usia 7 tahun di SD YPPGI Pyramid pada 1984. Lulus SD 1987 dan melanjutkan ke SMP Negeri Kimbim lulus 1990 dan melanjutkan ke SMA Negeri Kimbim Wamena. Dan pada 1994 Mako melanjutkan ke salah satu perguruan tinggi di Manado, Sulawesi Utara.

Setelah meraih gelar sarjana hukum pada 2006, Mako pulang ke Papua di Timika. Di sana dia tersangkut sebuah kasus dan ditangkap aparat keamanan dan masuk penjara selama setahun lebih kemudian dibebaskan.

Selepas bebas dari penjara di Mimika, Mako pulang ke Wamena menemui ayah dan saudara-saudaranya. Saat itu Mako disarankan agar ikut testing masuk calon pegawai negeri, namun ditolaknya.

Pada 2007, Mako ke Jayapura bersama Buchtar Tabuni mendirikan Komite Nasional Papua Barat (KNPB). Sebelumnya, Mako juga membidani lahirnya Parlemen Jalanan dan Front Pembebasan Nasional Papua Barat. Beberapa organisasi massa ini adalah organ perjuangan Papua merdeka melalui jalan damai dan menjauhi perjuangan tanpa kekerasan.

Issue-issue utama yang mereka usung diantaranya: menuntut peninjuan ulang pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat 1969 Papua, menolak pelaksanaan Otonomi Khusus di Papua, menuntut penutupan PT. Freeport Indonesia, adili pelaku pelanggar HAM di Papua dan menuntut pelaksanaan referendum di Papua untuk menentukan nasib sendiri yang ditengarahi pihak ketiga.

Pada 2009, Musa Mako Tabuni, Buchtar Tabuni bersama beberapa teman mereka ditangkap dan dijebloskan ke Lembaga Pemasyarakatan Abepura dan dibebaskan pada pertengahan 2011 dan meneruskan aksi-aksi mereka menanggapi berbagai kondisi ketidakadilan yang terjadi di tanah Papua.

Saudara kelima Mako mengatakan Musa Mako Tabuni mengenal Buchtar Tabuni sejak sekolah di SMP Negeri Kimbim, Wamena. Sejak itu mereka berteman akrab selama pendidikan hingga mendirikan KNPB untuk memperjuangkan Papua tanah Damai tanpa kekerasan. Setelah keduanya mendirikan KNPB, Buchtar menjadi Ketua dan Mako menjadi Wakil Ketua I.

Sejak akhir Mei hingga 14 Juni 2012 telah terjadi berbagai aksi penembakan oleh orang tak dikenal di Jayapura. Aksi penembakan itu membuat seluruh warga Jayapura ketakutan keluar rumah mapun bepergian kemana-mana. Aparat keamanan pun belum mampu menangkap pelakunya. Akhirnya, aparat menuduh KNPB sebagai dalang penembakan itu dan menangkap Ketua KNPB Buchtar Tabuni.

Dua minggu kemudian, aparat keamanan berpakaian preman menembak mati Wakil Ketua I Komite Nasional Papua Barat, Musa  Mako Tabuni di putaran angkutan umum Perumnas Tiga Waena, Jayapura pada Kamis 14 Juni 2012 pukul 09.00 pagi. Dari  tempat penembakan, jenazahnya dibawah ke Rumah Sakit Bhayangkara Polri Kotaraja untuk diotopsi.

Melihat penembakan Mako Tabuni, warga yang berada di lokasi kejadian marah dan secara spontan membakar bangunan, rumah-rumah, toko, kios, bengekel, meuble, mobil dan motor roda dua yang ada di sekitarnya. Suasana mencekam menyelimuti kota Jayapura, Abepura, Waena dan Sentani. Issue kerusuhan pun menebar kemana-mana. Aparat keamanan gabungan TNI dan Polri digerakan mengaja ketat di setiap titik yang dianggap rawan di seluruh wilayah Jayapura.

Pada Jumat 15 Juni 2012 pukul 09.00 pagi jenazah Mako dibawa ke Pos 7 Sentani disemayamkan selama sehari, dan keesokan harinya, Musa Mako Tabuni dimakamkan di pekuburan umum Kampung Sereh Sentani, Kabupaten Jayapura pada Sabtu 16 Juni 2012 pukul 17.00 petang. Ribuan kaum kerabat dan massa pendukungnya dari berbagai komponen rakyat Papua hadir dalam pemakaman itu. Mako dibunuh militer Indonesia, tetapi bukan karena dia mencuri, membunuh, korupsi uang rakyat atau memperkosa. Mako dijadikan sebagai tumbal oleh aparat keamanan Indonesia atas berbagai aksi penembakan misterius yang dilakukan oleh orang tak dikenal yang tak terungkap pelakunya.
Mako dibunuh dengan sangat tidak manusiawi, yang juga merupakan cara aparat keamanan Indonesia untuk menghentikan perjuangan damai rakyat Papua Barat.


Kesedihan yang mendalam dan daraian air mata mengiringi pemakaman Musa Mako Tabuni yang digelari Pahlawan Nasional Papua Barat oleh pendukungnya di Sentani Sabtu 16 Juni 2012 lalu. Prosesi pemakaman Musa Mako Tabuni dijaga ketat aparat gabungan TNI dan Kepolisian Negara Republik Indonesia selama dua hari di mata jalan masuk Jalan Pos 7 Sentani.
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Musa Mako Tabuni Sang Pahlawan Papua Merdeka"

 
Copyright © 2015 SALAM JUANG - All Rights Reserved
Template By Kunci Dunia
Back To Top